Selamatkan Anak-Anak Kita! Kenali dan Cegah Gejala Pneumonia Sejak Dini !
(Oleh : Poloria Sitorus, S.Pd)
"Anakhonhi do hamoraon di ahu"---adalah salah satu filosofi masayarakat Sumatera Utara tentang anak. Jika diterjemahkan secara harfiah---"anakku adalah harta bagiku", begitulah kira-kira makna sederhananya dari filosofi tersebut. Barangkali dalam adat budaya yang lain, ada filosofi serupa dengan bahasa yang berbeda.
Setiap pasangan menikah, dalam adat budaya apapun itu, tentu mengharapkan dianugerahi anak. Sebab anak adalah generasi penerus, baik bagi silsilah orangtuanya, ataupun bagi Bangsa serta penerus peradaban manusia di muka Bumi ini. Oleh sebab itu, sepatutnya setiap anak mendapat perawatan prima terutama dari orangtuanya, bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan.
Sejak bayi dilahirkan (bahkan sejak dalam kandungan) masih sangat rentan terhadap serangan virus penyebab berbagai penyakit, salah satunya adalah pneumonia.
Bagi sebagian besar orangtua, istilah pneumonia mungkin masih terdengar asing. Penulis sendiri baru mengetahui tentang istilah pneumonia belum lama ini dari beberapa informasi yang dishare oleh akun media sosial Kantor Berita Radio (KBR).
Fakta mnegejutkan, bahwa ternyata menurut data WHO, pneumonia merupakan penyebab 16% kematian di dunia. Di Indonesia sendiri, dua hingga tiga bayi meninggal setiap jamnya disebabkan oleh pneumonia. Lebih fatal lagi jika pneumonia ini menyerang bayi di bawah lima tahun. Sebagaimana dilansir oleh CNN, diperkirakan terjadi sekitar 2 juta kasus per tahunnya di Indonesia.
Pneumonia merupakan kasus infeksi yang sangat serius terutama jika dialami oleh bayi di bawah lima tahun. Mirisnya, pneumonia ini merupakan kasus yang masih sering terjadi. Bahkan di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika pun angka kematian akibat pneumonia masih sangat tinggi. Dan angka ini meningkat dari tahun ke tahun.
Apa itu Pneumonia ?
Pneumonia atau sering disebut radang paru-paru merupakan infeksi yang menimbulkan peradangan di salah satu atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan atau lendir. Pneumonia dalam bahasa awam sering disebut sebagai penyakit paru-paru basah.
Secara umum pneumonia terjadi akibat menurunnya mekanisme ketahanan tubuh atau sistem imunitas yang melemah akibat serangan virus phatogen (penyebab penyakit). Timbulnya penyakit ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau protozoa dan riketsia (www.hellosehat.com).
Salah satu penyebab utama penyakit pneumonia ini adalah bakteri pneumokokus. Bahkan ironisnya lagi, penyakit ini bisa terjadi pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan pecahnya ketuban sebelum waktunya (ketuban pecah dini) sehingga menyebabkan terjadinya infeksi pada air ketuban. Janin/bayi yang terendam dalam air ketuban yang telah terinfeksi dan menghirupnya sangat rentan terhadap pneumonia. Akibatnya sangat fatal jika tidak segera diatasi dengan serius oleh tim kesehatan profesional di bidangnya.
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan potensi bayi terserang pneumonia ini adalah bayi kurang gizi, misalnya tidak mendapat ASI eksklusif, bayi yang terkena campak, bayi yang tertular HIV dari orangtuanya, bayi baru lahir yang tinggal di pemukiman kotor dengan sanitasi buruk, bayi dengan perawatan buruk dan bayi yang sering terpapar polusi udara seperti asap rokok, asap kenderaan, dll.
Oleh sebab itu, kita sebagai orangtua, khususnyan untuk para ibu, harus lebih memahami hal ini agar bisa mencegah potensi terjadinya pneumonia pada anak-anak kita. Seyogianya, ibu adalah "perawat" nomor satu untuk anak-anak dan keluarganya. Sebagai ibu kita harus memahami bahwa tubuh bayi mungil kita masih sangat rentan terhadap serangan virus dan kuman penyebab berbagai macam penyakit karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Salah satu virus yang patut kita waspadai adalah virus penyebab pneumonia.
Tanda dan Gejala Pneumonia
Untuk dapat mewaspadai dan mencegah pneumonia dengan cepat tanggap, sebagai orangtua kita harus memahami tanda-tanda dan gejala yang terjadi pada buah hati kita apabila terserang pneumonia. Biasanya anak atau bayi yang terserang pneumonia akan mengalami demam tinggi, suhu badan naik turun tidak teratur, disertai batuk yang panjang, menggigil, nyeri di dada, nafas terlihat berat, sesak nafas, merintih dan adanya kebiruan pada tubuh si bayi. Dalam dunia medis, adanya perubahan warna tubuh bayi menjadi kebiruan ini disebut dengan istilah sianosis.
Jika buah hati kita mengalami gejala-gejala seperti penulis jabarkan di atas tadi, segeralah bawa ke pusat pelayanan terdekat untuk mendapatkan penanganan terbaik dari para tim medis profesinal. Jangan dibawa ke "dukun" yah...
Sebagian orangtua terkadang mengganggap "sepele" hal-hal di atas. Jika anak terserang demam atau batuk, beberapa orangtua mengganggap itu biasa saja dan lazim terjadi kepada anak. Hal ini bisa terjadi kepada sebagian orangtua misalnya karena ketidaktahuan mereka tentang adanya penyakit pneumonia sebagai penyebab kematian serius pada bayi. Faktor lain keterlambatan penanganan kasus-kasus pneumonia pada anak atau bayi adalah sulitnya akses ke pusat pelayanan kesehatan, misalnya bagi masyarakat yang tinggal di desa-desa atau dusun terpencil dan terisolasi.
Di Indonesia sendiri masih banyak daerah terpencil dan terisolasi sehingga para penduduknya mengalami kesulitan saat akan ke pusat pelayanan kesehatan.
Mencegah Pneumonia Sejak Dini
Sebagaimana pernyataan yang sering dilontarkan oleh Ayah Edy, seorang motivator yang sering penulis dengarkan dalam sebuah acara di radio; "Indonesian strong from home". Pernyataan ini penulis amini. Sebab "kekuatan" sebuah masyarakat bahkan Bangsa dan Negara itu berasal dari keluarga (home) sebagai "akar" darimana seorang anak manusia dilahirkan, dibentuk, dan dididik sebagai manusia yang sesungguhnya.
Itu sebabnya, para orangtua, khususnya para ibu harus benar-benar menyadari "pembentukan", perawatan bahkan pendidikan manusia itu sudah dimulai sejak dalam kandungan. Ini merupakan refleksi dari pengalaman penulis sendiri sebagai ibu muda yang masih terus belajar banyak hal tentang merawat, mengasuh dan mendidik anak sebaik-baiknya.
Begitupun halnya dalam upaya mencegah potensi terjadinya penyakit pneumonia pada anak atau bayi sejak dini. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya pneumonia. Seperti kata pepatah, "lebih baik mencegah daripada mengobati."
Nah, sebenarnya ada banyak langkah sederhana yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah serangan virus pneumonia pada anak sejak dini. Langkah pertama adalah menjaga keseimbangan nutrisi dan gizi makanan pada ibu hamil (Bumil) dan janin sejak dalam kandungan. Hal ini tentu sangat penting menyadari bahwa 1000 hari kehidupan pertama manusia dimulai sejak dalam kandungan atau disebut "masa emas". Khususnya bagi para ibu harus menyadari hal ini, sehingga diharapkan memiliki kesadaran tinggi untuk memulai gaya hidup sehat dan merawat sang anak (bayi) bahkan sejak dalam kandungan.
(Sumber foto: www.mpasi.org.com)
Saat mengetahui adanya jabang bayi dalam rahim (kandungan), seorang ibu seharusnya memulai gaya hidup yang lebih sehat. Misalnya dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayuran sehat, segar dan alami. Memahami timbangan/takaran kebutuhan nutrisi untuk bumil dan jabang bayi di dalam rahimnya. Menghindari makanan-makanan jangfood dengan berbagai macam penyedap rasa, pewarna makanan dan zat-zat berbahaya lainnya yang tidak baik bagi perkembangan janin. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Tidak merokok, dan berusaha menghindari hal-hal yang tidak baik untuk kesehatan bumil dan janin.
(Foto dokpri penulis bersama suami dan ibu mertua saat masih hamil anak pertama)
Selain itu, sebagai orangtua kita juga harus menerapkan kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Baik kebersihan tubuh, kebersihan pakaian, kebersihan rumah dan lingkungan. Membiasakan diri untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan. Menjaga imunitas tubuh. Minum air bersih dan matang. Menbuat ventilasi udara yang baik. Menjalani semua vaksinasi bagi anak sejak bayi. Memberikan ASI eksklusif pada anak hingga usia 2 tahun. Mengolah MPASI sendiri dengan baik dari bahan-bahan alami dan segar (usahakan untuk menghindari pemberian MPASI instant karena mengandung banyak bahan tidak baik bagi kesehatan bayi).
(Foto dokpri anak pertama penulis saat masih usia 2 bulan. Tumbuh sehat dan cerdas karena komitmen menjaga dan merawat ksehatan bayi sejak dalam kandungan).
Jika anak atau bayi sudah kita rawat dengan baik bahkan sejak dalam kandungan, tentu sistem imunitas tubuhnya lebih kuat melawan berbagai serangan virus penyebab penyakit, termasuk penyakit pneumonia sebagaimana kita bahas sejak awal tulisan ini.
Intinya kembali pada falsafah dan pepatah "lebih baik mencegah daaripada mengobati." Mari kita kenali dan cegah pneumonia sejak dini. Selamatkan anak-anak kita sebagai generasi penerus Bangsa.
*
Akhir kata, penulis mengucapkan salam kepada seluruh pembaca. Harapan penulis, semoga artikel ini bermanfaat menambah wawasan kita, khususnya bagi para orangtua guna lebih mewaspadai dan berusaha mencegah terjadinya serangan virus penyebab penyakit pneumonia kepada anak-anak kita sedini mungkin.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia Lomba Menulis Blog dari tim KBR yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berbagi kisah, opini dan statement tentang pentingnya kesadaran mencegah pneumonia sejak dini.
#BerpihakPadaAnak #Pneumonia #SaveChildrenIndonesia
@kbr.id @haloKBR @beritaKBR @savechildren
"Anakhonhi do hamoraon di ahu"---adalah salah satu filosofi masayarakat Sumatera Utara tentang anak. Jika diterjemahkan secara harfiah---"anakku adalah harta bagiku", begitulah kira-kira makna sederhananya dari filosofi tersebut. Barangkali dalam adat budaya yang lain, ada filosofi serupa dengan bahasa yang berbeda.
Setiap pasangan menikah, dalam adat budaya apapun itu, tentu mengharapkan dianugerahi anak. Sebab anak adalah generasi penerus, baik bagi silsilah orangtuanya, ataupun bagi Bangsa serta penerus peradaban manusia di muka Bumi ini. Oleh sebab itu, sepatutnya setiap anak mendapat perawatan prima terutama dari orangtuanya, bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan.
Sejak bayi dilahirkan (bahkan sejak dalam kandungan) masih sangat rentan terhadap serangan virus penyebab berbagai penyakit, salah satunya adalah pneumonia.
Bagi sebagian besar orangtua, istilah pneumonia mungkin masih terdengar asing. Penulis sendiri baru mengetahui tentang istilah pneumonia belum lama ini dari beberapa informasi yang dishare oleh akun media sosial Kantor Berita Radio (KBR).
Fakta mnegejutkan, bahwa ternyata menurut data WHO, pneumonia merupakan penyebab 16% kematian di dunia. Di Indonesia sendiri, dua hingga tiga bayi meninggal setiap jamnya disebabkan oleh pneumonia. Lebih fatal lagi jika pneumonia ini menyerang bayi di bawah lima tahun. Sebagaimana dilansir oleh CNN, diperkirakan terjadi sekitar 2 juta kasus per tahunnya di Indonesia.
Pneumonia merupakan kasus infeksi yang sangat serius terutama jika dialami oleh bayi di bawah lima tahun. Mirisnya, pneumonia ini merupakan kasus yang masih sering terjadi. Bahkan di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika pun angka kematian akibat pneumonia masih sangat tinggi. Dan angka ini meningkat dari tahun ke tahun.
Apa itu Pneumonia ?
Pneumonia atau sering disebut radang paru-paru merupakan infeksi yang menimbulkan peradangan di salah satu atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan atau lendir. Pneumonia dalam bahasa awam sering disebut sebagai penyakit paru-paru basah.
Secara umum pneumonia terjadi akibat menurunnya mekanisme ketahanan tubuh atau sistem imunitas yang melemah akibat serangan virus phatogen (penyebab penyakit). Timbulnya penyakit ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau protozoa dan riketsia (www.hellosehat.com).
Salah satu penyebab utama penyakit pneumonia ini adalah bakteri pneumokokus. Bahkan ironisnya lagi, penyakit ini bisa terjadi pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan pecahnya ketuban sebelum waktunya (ketuban pecah dini) sehingga menyebabkan terjadinya infeksi pada air ketuban. Janin/bayi yang terendam dalam air ketuban yang telah terinfeksi dan menghirupnya sangat rentan terhadap pneumonia. Akibatnya sangat fatal jika tidak segera diatasi dengan serius oleh tim kesehatan profesional di bidangnya.
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan potensi bayi terserang pneumonia ini adalah bayi kurang gizi, misalnya tidak mendapat ASI eksklusif, bayi yang terkena campak, bayi yang tertular HIV dari orangtuanya, bayi baru lahir yang tinggal di pemukiman kotor dengan sanitasi buruk, bayi dengan perawatan buruk dan bayi yang sering terpapar polusi udara seperti asap rokok, asap kenderaan, dll.
Oleh sebab itu, kita sebagai orangtua, khususnyan untuk para ibu, harus lebih memahami hal ini agar bisa mencegah potensi terjadinya pneumonia pada anak-anak kita. Seyogianya, ibu adalah "perawat" nomor satu untuk anak-anak dan keluarganya. Sebagai ibu kita harus memahami bahwa tubuh bayi mungil kita masih sangat rentan terhadap serangan virus dan kuman penyebab berbagai macam penyakit karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Salah satu virus yang patut kita waspadai adalah virus penyebab pneumonia.
Tanda dan Gejala Pneumonia
Untuk dapat mewaspadai dan mencegah pneumonia dengan cepat tanggap, sebagai orangtua kita harus memahami tanda-tanda dan gejala yang terjadi pada buah hati kita apabila terserang pneumonia. Biasanya anak atau bayi yang terserang pneumonia akan mengalami demam tinggi, suhu badan naik turun tidak teratur, disertai batuk yang panjang, menggigil, nyeri di dada, nafas terlihat berat, sesak nafas, merintih dan adanya kebiruan pada tubuh si bayi. Dalam dunia medis, adanya perubahan warna tubuh bayi menjadi kebiruan ini disebut dengan istilah sianosis.
Jika buah hati kita mengalami gejala-gejala seperti penulis jabarkan di atas tadi, segeralah bawa ke pusat pelayanan terdekat untuk mendapatkan penanganan terbaik dari para tim medis profesinal. Jangan dibawa ke "dukun" yah...
Sebagian orangtua terkadang mengganggap "sepele" hal-hal di atas. Jika anak terserang demam atau batuk, beberapa orangtua mengganggap itu biasa saja dan lazim terjadi kepada anak. Hal ini bisa terjadi kepada sebagian orangtua misalnya karena ketidaktahuan mereka tentang adanya penyakit pneumonia sebagai penyebab kematian serius pada bayi. Faktor lain keterlambatan penanganan kasus-kasus pneumonia pada anak atau bayi adalah sulitnya akses ke pusat pelayanan kesehatan, misalnya bagi masyarakat yang tinggal di desa-desa atau dusun terpencil dan terisolasi.
Di Indonesia sendiri masih banyak daerah terpencil dan terisolasi sehingga para penduduknya mengalami kesulitan saat akan ke pusat pelayanan kesehatan.
Mencegah Pneumonia Sejak Dini
Sebagaimana pernyataan yang sering dilontarkan oleh Ayah Edy, seorang motivator yang sering penulis dengarkan dalam sebuah acara di radio; "Indonesian strong from home". Pernyataan ini penulis amini. Sebab "kekuatan" sebuah masyarakat bahkan Bangsa dan Negara itu berasal dari keluarga (home) sebagai "akar" darimana seorang anak manusia dilahirkan, dibentuk, dan dididik sebagai manusia yang sesungguhnya.
Itu sebabnya, para orangtua, khususnya para ibu harus benar-benar menyadari "pembentukan", perawatan bahkan pendidikan manusia itu sudah dimulai sejak dalam kandungan. Ini merupakan refleksi dari pengalaman penulis sendiri sebagai ibu muda yang masih terus belajar banyak hal tentang merawat, mengasuh dan mendidik anak sebaik-baiknya.
Begitupun halnya dalam upaya mencegah potensi terjadinya penyakit pneumonia pada anak atau bayi sejak dini. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya pneumonia. Seperti kata pepatah, "lebih baik mencegah daripada mengobati."
Nah, sebenarnya ada banyak langkah sederhana yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah serangan virus pneumonia pada anak sejak dini. Langkah pertama adalah menjaga keseimbangan nutrisi dan gizi makanan pada ibu hamil (Bumil) dan janin sejak dalam kandungan. Hal ini tentu sangat penting menyadari bahwa 1000 hari kehidupan pertama manusia dimulai sejak dalam kandungan atau disebut "masa emas". Khususnya bagi para ibu harus menyadari hal ini, sehingga diharapkan memiliki kesadaran tinggi untuk memulai gaya hidup sehat dan merawat sang anak (bayi) bahkan sejak dalam kandungan.
(Sumber foto: www.mpasi.org.com)
Saat mengetahui adanya jabang bayi dalam rahim (kandungan), seorang ibu seharusnya memulai gaya hidup yang lebih sehat. Misalnya dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayuran sehat, segar dan alami. Memahami timbangan/takaran kebutuhan nutrisi untuk bumil dan jabang bayi di dalam rahimnya. Menghindari makanan-makanan jangfood dengan berbagai macam penyedap rasa, pewarna makanan dan zat-zat berbahaya lainnya yang tidak baik bagi perkembangan janin. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Tidak merokok, dan berusaha menghindari hal-hal yang tidak baik untuk kesehatan bumil dan janin.
Selain itu, sebagai orangtua kita juga harus menerapkan kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Baik kebersihan tubuh, kebersihan pakaian, kebersihan rumah dan lingkungan. Membiasakan diri untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan. Menjaga imunitas tubuh. Minum air bersih dan matang. Menbuat ventilasi udara yang baik. Menjalani semua vaksinasi bagi anak sejak bayi. Memberikan ASI eksklusif pada anak hingga usia 2 tahun. Mengolah MPASI sendiri dengan baik dari bahan-bahan alami dan segar (usahakan untuk menghindari pemberian MPASI instant karena mengandung banyak bahan tidak baik bagi kesehatan bayi).
(Foto dokpri anak pertama penulis saat masih usia 2 bulan. Tumbuh sehat dan cerdas karena komitmen menjaga dan merawat ksehatan bayi sejak dalam kandungan).
Jika anak atau bayi sudah kita rawat dengan baik bahkan sejak dalam kandungan, tentu sistem imunitas tubuhnya lebih kuat melawan berbagai serangan virus penyebab penyakit, termasuk penyakit pneumonia sebagaimana kita bahas sejak awal tulisan ini.
Intinya kembali pada falsafah dan pepatah "lebih baik mencegah daaripada mengobati." Mari kita kenali dan cegah pneumonia sejak dini. Selamatkan anak-anak kita sebagai generasi penerus Bangsa.
*
Akhir kata, penulis mengucapkan salam kepada seluruh pembaca. Harapan penulis, semoga artikel ini bermanfaat menambah wawasan kita, khususnya bagi para orangtua guna lebih mewaspadai dan berusaha mencegah terjadinya serangan virus penyebab penyakit pneumonia kepada anak-anak kita sedini mungkin.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia Lomba Menulis Blog dari tim KBR yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berbagi kisah, opini dan statement tentang pentingnya kesadaran mencegah pneumonia sejak dini.
#BerpihakPadaAnak #Pneumonia #SaveChildrenIndonesia
@kbr.id @haloKBR @beritaKBR @savechildren
Komentar
Posting Komentar