Terapi Mental Ajaib Selama Pandemi Covid-19 Bersama Buku-Buku Gramedia Pustaka Utama
“Sebaik-baiknya teman duduk adalah BUKU.”
Tak terasa masa pandemi covid-19 sudah lebih dari setahun kita lalui. Selama itu pula sebagian dari kita terpaksa harus mengunci diri alias “lock down” baik oleh kebijakan pemerintah ataupun oleh kesadaran diri sendiri demi memutus mata rantai penyebaran covid-19. Efek lock down ini, meski tidak secara total sebagaimana di negara-negara Eropa, sangat banyak berpengaruh pada kehidupan kita. Terutama bagi para Ibu Rumah Tangga seperti saya.
Setahun tanpa piknik keluarga sering menyebabkan stress dan depresi. Belum lagi pekerjaan rumah (PR) yang terus-menerus tak terhitung, mulai dari pagi, siang sore hingga malam hingga esok paginya lagi. Begitu seterusnya. Beban dan tanggung jawab mendidik anak-anak di rumah dengan metode homeschooling sejak sistem belajar daring diberlakukan setelah masa pandemi covid-19. Faktor-faktor lain seperti harga-harga sembako yang terus naik sementara penghasilan keluarga tetap saja pas-pasan. Kerasnya cobaan hidup terutama selama pandemic ini tentu semakin terasa dengan dibatasinya akses-mobilitas kita ke tempat-tempat rekreasi keluarga. Sebagian dari kita mungkin menjadi lebih sering bad-mood atau bahkan sering uring-uringan nggak menentu karena jarang refresh otak atau sekadar cuci mata untuk relaksasi.
Tidak hanya para Ibu Rumah Tangga, anak-anak dan para suami juga tentu mengalami hal serupa. Kita semua, tanpa terkecuali, mau tidak mau harus memulai cara hidup baru dalam istilah “new normal”. Kita diharuskan mampu beradaptasi terhadap segala kondisi yang berubah drastis selama masa pandemic.
Menjalani hari-hari dalam istilah “new normal” selama masa pandemi covid-19, saya mencoba mengadopsi kata-kata bijak dari Rainbow Rubby, salah satu tokoh film kartun favorit anak saya: “Mengubah Masalah Menjadi Solusi”.
Setiap mendengar kalimat ajaib ini, saya selalu bersemangat menjalani hari-hari meski banyak masalah dan cobaan khususnya setelah penyebaran wabah covid-19 yang mengerikan ini.
Belum lagi setiap hari kita disuguhi berita-berita mengerikan dan memilukan tentang kematian ribuan korban jiwa di berbagai belahan Bumi ini oleh keganasan covid-19 yang menyerang tiada ampun dan tanpa pandang bulu. Bahkan ada beberapa kerabat dan keluarga jauh yang meninggal akibat covid-19. Sebagai ibu dari dua putra yang masih balita, terkadang ada perasaan cemas, waswas dan rasa takut. Namun saya tidak mau terpuruk dalam kondisi yang serba sulit itu.
Sehari-hari saya berpikir, mau melakukan apa untuk terus melanjutkan hidup lebih baik lagi. Sebagaimana para ibu lainnya, fokus utama saya khususnya selama pandemi covid-19 adalah menjaga kesehatan anak-anak dan keluarga secara totalitas. Jangan sampai keluargaku disentuh covid-19 yang ganas dan mengerikan itu.
Maka sejak masa pandemic saya tekun mengolah berbagai ramuan herbal alami untuk konsumsi keluarga demi tingkatkan daya tahan tubuh. Saya pro-aktif mencari berbagai resep ramuan herbal alami ala Nusantara baik search di google, baca majalah atau beberapa buku resep dari Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Selain minuman ramuan herbal, saya juga terus berkreasi menyajikan makanan sehat dan bergizi untuk seluruh anggota keluarga saya.
Buku pertama yang begitu menarik minat saya untuk dibaca ulang adalah “The Magic” karya Rhonda Byrne terbitan Gramedia Pustaka Utama. Ini merupakan koleksi ketiga saya setelah dua buku sebelumnya hilang sejak dipinjamkan kepada teman-teman. “The Magic” koleksi saya ini merupakan cetakan ke-sepuluh tahun 2017. Dan ini merupakan buku pertama yang saya beli di Toko Buku Gramedia Bigmall sejak tiba di kota tepian Sungai Mahakam ini. Atau jika teman-teman sibuk dan tidak ada waktu hang-out langsung ke Toko Buku Gramedia terdekat di kota Anda, bisa belanja online melalui situs web resmi TB. Gramedia gramedia.com
Jauh sebelum “The Magic” sebenarnya saya sudah membaca tuntas “The Secret” karya penulis yang sama, Rhonda Byrne, sekitar tahun 2010-2012 saat saya masih studi di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan ketika itu.
“Dengan cara-cara ini engkau akan mendapatkan kebahagiaan & kejayaan dunia” (Prasasti Emeral +- 5000 tahun silam)__demikianlah sepenggal kalimat pembuka pada lembaran pertama buku “The Magic” yang sejak awal memukau dan menggoda saya untuk memiliki buku tersebut. Dan saya harus membacanya tuntas. Bahkan akhirnya membaca “The Magic” itu berulang kali. Seperti judulnya, “The Magic” benar-benar mampu menyihir saya.
Esensi dari keseluruhan isi buku yang ditulis oleh Rhonda Byrne ini sesungguhnya sangat sederhana yaitu bagaimana cara kita untuk terus menerus bersyukur menjalani hidup kita setiap saat dalam keadaan dan kondisi apa pun juga.
“Satu kata yang mengubah segalanya. Lebih dari dua puluh abad, kata-kata dalam sebuah kalimat suci membuat hampir semua orang yang membacanya bigung, penasaran, dan menyalah artikannya. Hanya sangat sedikit orang sepanjang sejarah yang menyadari bahwa kata-kata tersebut adalah teka-teki, dan begitu kita memecahkan teka-teki itu__begitu misterinya terkuak__sebuah dunia baru akan tergelar di depan mata kita.” (The Magic) “dalam “The Magic”, Rhonda Byrne mengungkapkan ke dunia sesuatu pengetahuan yang mampu mengubah hidup kita. Kemudian dalam latihan luar biasa selama 28 hari, penulis mengajarkan cara menerapkan pengetahuan ini dalam hidup kita sehari-hari.” (The Magic; Gramedia Pustaka Utama).
Tentu saja pada masa pandemic seperti saat ini, buku-buku “The Magic” dan “The Secret” sangat penting dibaca bagi siapa pun, di mana pun dan apa pun lingkungannya. Khususnya bagi orang-orang yang ingin menemukan kembali cara untuk hidup lebih tenang, damai dan bahagia. Begitu pun dengan orang-orang yang sedang dalam kegelisahan, kekacauan pikiran oleh kondisi sosial-ekonomi yang carut-marut, orang yang putus hubungan dengan beberapa kerabat, keluarga atau teman baiknya, yang kehilangan pekerjaan karena di PHK secara sepihak, yang cemas akan hari esok, yang bermasalah dengan kesehatan fisik atau psikis, yang bermasalah dengan keuangan, orang-orang yang sedang berusaha keluar dari negativisme dan lain sebagainya.
*
Sejak dan selama masa pandemi covid-19, dalam keseharian saya berusaha menyediakan waktu khusus untuk membaca dan menulis. Pagi setelah bangun sekitar 60 hingga 120 menit. Dan malam hari, saat kedua putra saya sudah tertidur lelap sekitar 1 hingga 3 jam. Setelah membaca, biasanya saya akan selalu mendapatkan ide/gagasan kreatif untuk saya lakukan esok harinya. Saya mulai mendisiplinkan diri menulis jadwal dan daftar tugas harian saya.
Sebagaimana latihan yang diajarkan “The Magic” setiap malam saya menulis 10 daftar karunia yang saya dan keluarga terima setiap harinya untuk saya syukuri dan nikmati dengan khusyuk dalam doa-doa malam saya. Dengan begitu saya terus belajar mensyukuri segalanya. Semua yang saya terima dan lalui dalam kehidupan saya. Bahkan sejak masa kecil, remaja, dewasa hingga menjadi seorang menantu, istri dan kini menjadi ibu bagi kedua putra yang dikirimkan Sang Pemilik Semesta Alam dalam pangkuan saya. Sehingga tak ada lagi waktu bagi saya untuk mengeluh, cemas dan perasaan negativisme lainnya. “The Magic” sungguh bagaikan “sihir” mampu mengubah perspektif dan cara kita menjalani hidup. Mengubah negatif menjadi positif.
Sejak kembali rutin membaca, khususnya koleksi buku-buku saya dari penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama dan beberapa koleksi lain dari penerbit Kompas Gramedia Group, rasanya ide-ide kreatif terus berlompatan di dalam kepala saya. Selama masa pandemic ini pula, ajaibnya saya berubah menjadi “koki hebat”, setidaknya begitu pujian putra sulung saya yang masih berumur 4 tahun.
Dengan banyak membaca buku-buku resep dari Gramedia Pustaka Utama, saya terinspirasi untuk belajar baking cake. Bahkan selama pandemic, baking cake drastis menjadi hobby baru saya. Saya memutuskan untuk membuat sendiri jajanan anak-anak saya di rumah. Mulai dari Donat, Brownies, Koekis, Bolu Gulung, Pancake, Martabak, Pizza bahkan Es Krim...semua menjadi serba bisa dengan niat dan ketekunan untuk terus belajar. Bahkan saat ini saya open order untuk pemesanan segala jenis kue yang saya baking khususnya untuk para tetangga saya saat ada hajatan, arisan, dll.
Selepas penat baking cake di dapur, timbullah ide-ide bertanam untuk menciptakan Biotik Hidup di pekarangan rumah saya agar udaranya tetap bersih, sejuk serta fungsi penghijauan untuk tingkatkan produksi oksigen.
Jujur saja, sejak masa pandemi covid-19, saya berpikir tujuh kali sebelum memutuskan untuk berbelanja ke pasar. Selain ingin menghemat badget belanja, juga untuk jaga jarak, menghindari kerumunan dan turut berpartisipasi memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Sejak itu pula saya mulai membenahi pekarangan rumah saya untuk berkebun mini dengan memanfaatkan lahan terbatas dan olahan sampah-sampah organik sebagai pupuk kompos untuk berbagai jenis tanaman sayuran, seperti; sawi, tomat, terong, kentang, kunyit, jahe, sereh, daun salam, lengkuas, kecombrang, daun katuk, kelor, strowberry, ubi jalar, singkong dan berbagai jenis tanaman jeruk (lemon, kesturi, jeruk nipis, santang madu, jeruk purut), serta beberapa pohon pisang, lengkeng dan markisa.
Semua ide/gagasaan itu tidak turun dari langit begitu saja, tetapi lebih banyak dipengaruhi setelah saya kembali rutin membaca, khususnya koleksi-koleksi buku prestisius dari Gramedia Pustaka Utama. Selama pandemic ini saya merasa lebih banyak waktu berkontemplasi dengan Alam Semesta dan Sang Pencipta. Lebih lagi sejak saya tekun bertanam di pekarangan rumah, senyata-nyatanya saya melihat dan semakin menyadari setiap proses kehidupan itu sungguh-sungguh luar biasa ajaib. Setiap kali melihat setiap benih tanaman yang saya tabur, tumbuh menjadi kecambah, lalu berdaun, berkembang dengan baik, berbunga, berbuah dan akhirnya bisa saya petik untuk menambah cita rasa setiap masakan saya di dapur. Semakin saya banyak bersyukur, semakin saya rasakan kelimpahan luar biasa dalam hidup saya dan keluarga.
Aktifitas saya sehari-hari mengasuh anak, baking cake, memasak, berkebun, mengolah sampah organik menjadi kompos, beternak ayam, akhirnya menjadi letikan ide untuk saya kembali aktif menulis di blog. Meski terkadang jemari ini terasa kaku saat menorehkan pena di atas kertas, sebab saya harus berjuang menulis setiap draf dan naskah artikel saya di buku catatan, kemudian mengetikkannya di Aplikasi Word Smartphone, itupun harus dengan mencuri-curi waktu di sela PR ibu rumah tangga yang tiada habisnya dan saat kedua putra saya sedang tidur pulas atau sedang akur dan asyik bermain berdua.
Sejak masa pandemic ini pula saya kembali pro-aktif search berbagai info sayembara menulis dan blog competition__seperti halnya kali ini: “Berbagi Cerita Perjalanan Hidup Bersama Buku-Buku Gramedia Pustaka Utama selama proses adaptasi masa pandemi covid-19” ini.
Membaca sungguh selalu mampu memberi inspirasi luar biasa bagi siapa pun yang menekuninya. Membaca juga membuka wawasan kita seluas cakrawala dan akan kita rasakan nikmatnya bagai menemukan oase di tengah padang pasir yang kering. Maka sebanyak mungkin, selama kita masih diberi kesempatan hidup, mari kita isi waktu kita dengan banyak membaca. BACA, BACA, BACA.
Bahkan dalam berbagai Kitab Suci Agama-Agama di belahan Bumi ini, perintah pertamanya adalah; “BACALAH”.
Satu quote dari seorang teman penulis yang hingga saat ini masih tersimpan rapi dalam ingatan saya, mengatakan; “Bacalah, seolah-olah itu ditulis hanya untukmu. Dan menulislah, seolah-olah hanya engkau yang membacanya. Dan ikatlah ilmu dengan menuliskannya.”
Demikian tulisan ini saya persembahkan dan dedikasikan sebagai hadiah ulang tahun ke-47 untuk Penerbit GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA dan sebagai bentuk kecintaan saya terhadap karya-karya prestisius yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama dan KOMPAS GRAMEDIA Group.
“Kalau ada Sumur di Ladang—boleh kita menumpang mandi. Kalau ada umur yang panjang, boleh kita berjumpa lagi.”
Akhir kata saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan salam hangat dari kota tepian Sungai Mahakam untuk seluruh tim kreatif PT Gramedia Pustaka Utama. Semoga senantiasa kita dalam lindungan Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. “Amin...”
**
Penulis,
Poloria Sitorus, S.Pd
Penulis adalah mantan jurnalis yang ingin terus menulis. Saat ini menjalani peran sebagai menantu, istri dan ibu bagi kedua putra saya. Menjalani hari dengan terus belajar bersyukur. Menulis dan membaca.
Komentar
Posting Komentar