Ubah SAMPAH Jadi NUTRISI? Yuk cari tahu caranya...
Dalam kehidupan kita saat ini, menjadi mustahil untuk tidak memproduksi sampah. Sebab semua aspek dan pola hidup kita hampir tidak mungkin menghindari produksi sampah.
Namun bagaimana cara yang tepat untuk mengolah sampah-sampah kita agar tidak menambah daftar panjang masalah buruk penanganan sampah dan tidak lagi menjadi bencana bagi kelangsungan hidup Bumi kita di kemudian hari? Kita sudah melihat begitu banyak fakta masalah lingkungan dan berbagai bencana alam yang mengerikan diakibatkan penanganan sampah kita yang buruk selama ini. Salah satunya peristiwa memilukan pada 21 Februari 2005 saat 3 desa di sekitaran TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat tertimbun lumpur sampah yang menelan banyak korban jiwa kala itu.
Sebagai mahluk berakal dan berpikir, tentu saja kita tidak bisa tinggal diam atau sekadar berdecak mengeluh dan saling menyalahkan satu sama lain. Ketika terjadi masalah kerusakan lingkungan akibat tumpukan-tumpukan sampah yang tidak bisa dikelola dengan baik di TPS atau TPA, siapakah yang menanggung akibatnya? Kita semua dan saudara-saudara kita.
Jika hari ini banjir bandang terjadi di daerah lain, mungkin besok atau lusa tiba gilirannya di daerah tempat tinggal kita.
Sebelum Bumi kita ini semakin rusak karena masalah lingkungan oleh timbunan sampah yang semakin ‘tak terkendali, sudah saatnya kita semua melakukan tindakan yang benar dan tepat, untuk mengurangi timbunan sampah di TPS dan TPA.
Sebagai mahluk beradab, setidaknya kita harus bertanggungjawab mengurus sampah rumahtangga kita masing-masing. Jika mengurus sampah peradaban kita pun kita tak sanggup, lalu apa bedanya kita dengan mahluk lain seperti Tikus yang membuang kotorannya sembarangan.
Sedangkan seekor Kucing diberi naluri oleh Sang Pencipta untuk mengubur kotorannya di dalam tanah. Itu lahir secara naluriah sebab tanah ternyata menyimpan banyak keajaiban dalam sistem penciptaan-NYA.
Begitupun dalam sistem re-inkarnasi dan proses-proses kehidupan. Tanah bisa mengubah kotoran atau sampah organik menjadi nutrisi. Nutrisi untuk tanaman tumbuh subur dan baik. Selanjutnya tanaman akan menjadi produsen tingkat pertama untuk nutrisi mahluk hidup lainnya; manusia dan hewan.
Dalam hal ini berlakulah konsep; “Dari ALAM kembali ke ALAM.” Salah satu hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan rutin memilah sampah-sampah rumahtangga kita. Memisahkan sampah organik dengan sampah non-organik (plastik, botol bekas, kaca, besi, aluminium, kertas, dll). Setidaknya kita harus bertanggungjawab untuk mengurus sampah rumahtangga kita masing-masing. Kita harus tanamkan di benak kita masing-masing bahwa; “Sampahku Tanggung jawabku.”
Sampah-sampah organik dari dapur bisa kita ubah menjadi nutrisi. Tentu saja melalui beberapa step atau proses. Prosesnya juga terbilang mudah dan sederhana, langkah pertama dan terpenting adalah kita mau melakukannya. Dan selalu berprinsip: Sampahku Tanggung jawabku.”
Langkah pertama kita harus memilah sampah-sampah organik dan sampah non-organik (plastik, botol bekas, kaca, kertas, besi, aluminium, dll). Lalu menyediakan wadah khusus berupa tempat sampah organik dari dapur, seperti sisa potongan-potongan sayur, kulit bawang, kulit jahe, kunyit dan bumbu-bumbu dapur lainnya atau berupa kulit buah-buahan. Kemudian sediakan lubang untuk mengubur sampah-sampah organik. Lubang sampah organik juga bisa digali di sekitaran tanaman-tanaman di pekarangan rumah kita. Digali sekitar 0,5 meter dari jarak tanaman agar tidak mengganggu perakaran tanaman.
Jika tidak memiliki lahan kosong di sekitar rumah, kita bisa mengolah sampah organik dengan menggunakan wadah khusus atau ember bekas. Langkah dan cara pembuatan kompos :
a) Proses Penguraian dan Fermentasi Kompos di dalam wadah ;
1. Masukkan tanah secukupnya di dasar wadah
2. Kemudian masukkan sampah organik yang telah disediakan
3. Tutup kembali dengan tanah secukupnya
4. Siram dengan air secukupnya hingga lembab saja
5. Masukkan kembali sisa sampah organik yang telah disediakan
6. Kemudian tutup lagi dengan menggunakan tanah
7. Lalu disiram lagi dengan air secukupnya
8. Kemudian tutup rapat wadah tersebut hingga kedap udara.
9. Fermentasi sekitar 3 minggu hingga 1 bulan. Setelah sampah organik difermentasi sekitar 3 minggu hingga satu bulan, kompos atau pupuk organik siap digunakan sebagai nutrisi untuk setiap tanaman di sekitar pekarangan rumah atau kebun kita.
Niscaya semua tanaman yang rutin diberi pupuk organik akan tumbuh subur dan berbuah sepanjang musimnya. Berikut penulis sajikan video singkat yang menunjukkan beberapa jenis tanaman buah di sekitar rumah penulis yang tumbuh begitu subur dan rutin berbuah dengan menggunakan pupuk organik olahan sendiri.
b) Penguburan sampah organik (jika hanya sedikit saja), misalnya saat makan pisang atau jeruk, kulit buah tersebut bisa juga langsung dikubur di dalam pot tanaman hias di pekarangan Anda.
Mengolah sampah-sampah organik rumahtangga kita secara berkala tentu akan sangat membantu mengurangi masalah timbunan sampah di TPS atau TPA. Dan alangkah baiknya jika kita semua turut melakukan hal baik ini. Sehingga tidak ada lagi sampah-sampah organjk yang dibuang sembarangan dalam bungkusan kantong plastik sehingga menimbulkan bau busuk dan gas metana (CH4) dan gas-gas rumah kaca pemicu percepatan pemanasan global serta menjadi sumber berbagai penyakit di lingkungan kita.
Kesadaran ini harus kita mulai dari diri kita masing-masing, lalu kita mengajak saudara, teman dan orang-orang di lingkungan kita untuk mengolah sampahnya secara tepat dan bijak. Jika kita semua mau melakukan ini, coba bayangkan berapa banyak sampah organik yang bisa diubah jadi NUTRISI untuk TANAMAN di Bumi kita ini. Atau coba berpikir sebaliknya, jika setiap orang tidak peduli dengan sampah-sampah mereka, beripa ribu ton per/tahun sampah yang harus membusuk di TPS atau di TPA.
Maka sejak saat ini, kita harus selalu tanamkan dalam benak kita masing-masing; “Sampahku Tanggung jawabku.”
Jika kesadaran demikian tertanam dalam benak setiap umat manusia alangkah bersihnya lingkungan hidup kita. Dan BUMI kita akan lebih sehat.
Namun jika tidak memungkinkan untuk mengolah sampah organik secara mandiri, kita bisa mengirimkannya ke Waste4Change (www.waste4change.com) melalui program Send Your Waste http://waste4change.com/official/service/responsible-waste-management. Kita dapat memastikan sampah organik kita didaur ulang secara optimal dan bertanggung jawab.
Nah, sedangkan untuk sampah-sampah non-organik Waste4Change menerima berbagai jenis sampah seperti plastik, botol bekas, kaca, aluminium, metal atau kaleng minuman/makanan/buah, sachet multi layer (kemasan makanan ringan, sabun/sampo, dll) melalui layanan Responsible Waste Management (RWM) klik link http://w4c.id/EPR (Extended Producer Responsibility Indonesia). Dan Personal Waste Management http://w4c.id/PWM.
Waste4Change menyediakan semua layanan pengelolaan sampah ini untuk mengurangi jumlah timbunan sampah di TPS dan TPA. Kita bisa mengirimkan sampah-sampah kita melalui mitra Waste4Change yang tersebar di seluruh Indonesia.
*
Demikian artikel ini penulis akhiri dengan mengucapkan salam dan terimakasih kepada seluruh pembaca. Harapan penulis kiranya artikel ini bisa memberi inspirasi kepada semua pembaca untuk berpartisipasi mengolah sampah-sampah organik dan non-organik dengan tepat dan bijak sebagaimana penulis paparkan dalam ulasan di atas. Terimakasih yang sebesar-besarnya juga kepada Waste4Change yang telah memberikan ruang untuk saya berbagi pengalaman tentang pengolahan sampah-sampah organik yang saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini bisa menjadi penyambung asa, visi dan misi Waste4Change untuk mengajak seluruh masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat Bumi ini umumnya untuk lebih bertanggung jawab mengolah sampah-sampah peradabannya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021.
**
Penulis,
Poloria Sitorus, S.Pd
Mantan Jurnalis yang ingin terus menulis. Alumni S1 Pendidikan Geografi, FIS, UNIMED. Saat ini menjalani peran sebagai Ibu Rumahtangga, menulis freelance dan sebagai Guru untuk Program Calistung Batita dan Duta Baca-Tulis di lingkungan tempat tinggalnya. Berdomisili di Kota Tepian Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
ini langkah yg sgt bagus..pantas di contoh..
BalasHapussbb..bencana alam sepeeri banjir..adalah akibat dr permasalahan sampah..yg di buang sembarangan..
tentu bila sampah dpt di kelola menjadi sesuatu yg bermanfaat..why not..good luck...bravo..& amazing...🙏
Terimakasih telah mampir dan membaca. Semoga ke depannya, kesadaran umat manusia untuk mengolah sampahnya dengan tepat, baik dan bijak, dapat membantu mengurangi beban sampah di BUMI kita ini...🤗🤗🤗
HapusBagus sekali idenya. Patut dicoba.
BalasHapus