Cara Sehat di Era Pandemic, Menyeduh Rempah dan Jamu menyehatkan Masyarakat dari Daerah Pedalaman hingga Kota-Kota Besar
(ditulis oleh : Poloria Sitorus, S.Pd.)
Menurut
pandangan filsuf, manusia terdiri dari 2 elemen, yaitu; jiwa dan tubuh.
Kemudian ada falsafah yang mengatakan; “di dalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang sehat.” Maka tugas utama kita
adalah “menyehatkan tubuh dan jiwa” agar kita bisa berfungsi sebagai manusia.
Tentu saja kita setuju dengan hal ini bukan.?! Sebab jika kita menjadi “manusia pesakitan” bagaimana kita
menjalankan peran kita sebagai manusia dengan baik? Bagaimana
kita bisa hidup bahagia menjadi manusia sesungguhnya? Maka
untuk itu marilah kita berusaha untuk terus menerus hidup sehat. Agar kelak bisa mati dengan sebaik-baiknya.
Kesehatan
memang sangatlah penting. Mahal
dan berharga. Karena begitu berharganya kesehatan, sehingga Pemerintah
Pusat dan Daerah, berbagai Lembaga Pemerintah maupun Lembaga swasta seperti
KORINDO, tokoh-tokoh Bangsa dan para masyarakat serta pusat-pusat pendidikan di
bidang kesehatan terus-menerus melakukan berbagai penelitian dan riset demi
menemukan terebosan dan berbagai inovasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat Indonesia.
Di
era digital 4.0 ini, akses kesehatan terbilang sangat mudah kita dapatkan.
Dimana-mana sudah tersebar Rumah Sakit, klinik-klinik dan
praktek Bidang ataupun Praktek Dokter. Bahkan berbagai Pusat Terapi bisa
kita dapati di berbagai sudut kota. Berbagai
aplikasi online pun turut mempermudah akses kita untuk berbagai kebutuhan
informasi dan layanan kesehatan, sebut saja seperti Halodoc, Klikdokter dan
lain sebagainya.
Semuanya
menjadi terasa lebih mudah dalam genggaman.
Namun bagaimana dengan saudara-saudara kita yang masih hidup
dan tinggal di daerah-daerah pedalaman seperti daerah 3T (Tertinggal, Terpencil
dan Terluar/daerah Perbatasan).
Masyarakat yang masih tinggal di daerah pedalaman atau daerah-daerah 3T
yang jangankan mengenal dan memiliki Smartphone dan jaringan internet untuk
mengakses pengetahuan tentang seputar dunia kesehatan, Bidan Desa pun belum ada
di sebagian besar daerah 3T. Bahkan jamban atau toilet pun
mereka belum punya. Sebagian besar daerah 3T lainnya
masih dalam keadaan sanitasi buruk. Tentu saja hal ini
sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
Meskipun
Pemerintah Pusat telah membuat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan
mengekuarkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan BPJS, ternyata itu tidak
menyelesaikan persoalan kesehatan masyarakat Indonesia, terutama bagi
masyarakat yang masih tinggal di daerah-daerah pedalaman.
Faktanya masih ada ribuan desa yang tersebar di daerah pedalaman
3T yang belum memiliki akses untuk fasilitas kesehatan seperti yang umumnya
dinikmati oleh masyarakat di perkotaan.
Jika
program JKN-KIS dan BPJS ternyata tidak menyelesaikan persoalan dan masalah
kesehatan di tengah masyarakat kita, lalu bagaimana solusi dan jawaban untuk
hal ini? Menurut hemat penulis, sebaiknya kita kembali ke
Budaya Leluhur. Lhooo...apa hubungannya Budaya Leluhur dengan Kesehatan ? Nah, ini yang akan
penulis ulas secara tuntas dalam artikel ini.
Sejenak
mari kita merunut kembali ke sejarah. Mengapa Bangsa kita pernah menjadi sasaran penjajahan kolonialisme
Bangsa-Bangsa Eropa? Kita pasti pernah baca di dalam buku-buku sejarah,
bahwa sekitar dua abad yang lalu Indonesia menjadi salah satu wilayah jajahan
kolonialisme Bangsa-Bangsa Eropa seperti Belanda, Jepang dan Portugis demi
menguasai hasil rempah-rempah yang bisa tumbuh berlimpah di negeri kita yang
subur ini. Sementara
tanaman rempah tersebut sulit didapatkan di negara Eropa.
Mengapa
Bangsa Eropa ingin sekali memonopoli rempah-rempah hasil Bumi Nusantara kita?
Tentu
karena mereka tahu kalau rempah-rempah itu memiliki banyak sekali khasiat untuk
kesehatan dan bisa menambah kenikmatan masakan.
Nah, itu bedanya. Mengapa Bangsa
Eropa yang lebih awal mengetahui hal itu. Mungkin saja
karena budaya menulis dan membaca serta rasa ingin tahu mereka jauh lebih
tinggi dibanding masayarakat Nusantara yang ketika itu masih sebagian besar
buta aksara.
Nah,
itu dia yang menjadi persoalan utama. Pengetahuan.
Pengetahuan atau ilmu tentang segala sesuatu, tentu selalu
didapatkan pertama sekali oleh orang-orang yang memiliki inquriosity (rasa
ingin tahu) yang tinggi dibanding orang-orang yang tidak ingin tahu apalagi
orang yang tidak mau tahu. (Jenis orang ketiga ini, parah yah Guys...)
Jika
Bangsa-Bangsa Eropa begitu gencar mengincar hasil rempah-rempah dari Bumi
Nusantara hingga melakukan kolonialisme/imperialisme, tentu saja rempah-rempah
kita memiliki khasiat yang luar biasa untuk kesehatan.
Tidak hanya sekadar penyedap rasa untuk masakan tentunya.
Setelah
rempah-rempah tersebut mereka bawa ke negaranya, mereka melakukan berbagai
riset dan penelitian tentang manfaat dan cara
pengolahannya. Sebagian besar jenis rempah tersebutlah yang
kemudian diekstrat menjadi obat-obatan dalam dunia medis, juga untuk berbagai
bahan kosmetik dan obat herbal lainnya.
Tak
heran jika sebagian besar perusahaan produsen obat herbal dan perusahaan
kosmetik mengklaim bahwa produk mereka dihasilkan dari tanaman herbal dan
diproses dari bahan-bahan alamiah. Hal
ini dilakukan demi mendapatkan kepercayaan dari para konsumen, yang tentu saja
meyakini jika produk dari bahan-bahan herbal tersebut berkhasiat baik bagi
kesehatan dan kecantikan.
Penggunaan
bahan-bahan herbal dari berbagai jenis rempah untuk pengobatan berbagai macam
penyakit sudah dilakukan para nenek moyang dan leluhur kita sejak zaman dahulu
kala.
Di
era modernisasi, berbagai jenis tanaman dan rempah yang berkhasiat sebagai
tanaman obat ini kemudian dikelompokkan dalam jenis Tanaman Obat Keluarga yang
selanjutnya disingkat sebagai Toga.
Berbagai
jenis Tanaman Obat Keluarga dan beragam rempah ini bisa dibudidayakan dengan
mudah di pekarangan rumah sebagai pilihan alternatif pengobatan herbal.
Selain khasiatnya yang sangat baik untuk kesehatan tubuh, penggunaan Toga
sebagai obat herbal keluarga tentu akan menghemat
biaya pengobatan. Jadi kita tidak melulu harus ke dokter atau
beli obat di Apotek.
Jika
akses menuju fasilitas kesehatan terasa sangat sulit dengan biaya mahal
(khususnya bagi masyarakat kelas bawah yang tinggal di daerah-daerah
pedalaman), maka kita sudah seharusnya mengubah mindset.
“Mengubah masalah menjadi solusi,” seperti pesan Rainbow
Rubby salah satu tokoh film kartun anak.
Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah pedalaman seharusnya bisa beralih pada penggunaan Tanaman Obat Keluarga dan rempah-rempah sebagai alternatif pengobatan untuk berbagai jenis penyakit. Pepatah; “lebih baik mencegah daripada mengobati,” tentunya sangat baik sebagai pedoman hidup sehat khususnya bagi masyarakkat yang tinggal di daerah-daerah pedalaman. Namun hal ini tentu harus didukung pengetahuan, misalnya tentang kandungan atau zat-zat apa saja yang terdapat dalam suatu tanaman obat, apa manfaat dan khasiatnya serta bagaimana cara pengolahan yang baik dan tepat. Sehingga bisa meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Beberapa
contoh dan jenis Tanaman Obat Keluarga (Toga) yang mudah kita dapati di sekitar
kita:
v Jahe
;
tanaman rempah yang satu ini sudah diketahui banyak manfaat dan khasiatnya
untuk kesehatan. Pada umumnya Jahe bisa diolah menjadi minuman hangat untuk
mengatasi berbagai jenis masalah perut, seperti kembung, mual, diare, masuk
angin, batuk filek.
Jahe
juga bisa diramu dengan berbagai jenis Toga lainnya seperti batang Sereh, Daun
Salam, Kunyit, Kencur dan Daun Pandan dan Kulit Manis untuk mendapatkan khasiat
dan rasa yang lebih nikmat. Minuman ini dikenal sangat ampuh
mengatasi radang tenggorokan dan batuk ringan hingga parah. Juga dapat meningkatkan imunitas tubuh secara berkala. Jenis ramuan herbal yang satu ini sangat sering saya sajikan untuk
keluarga, terutama selama masa pandemi covid-19. Pembaca silahkan
praktekkan sendiri di rumah yah...
v Kumis
Kucing ; tanaman herbal ini mampu mengatasi penyakit
Batu Ginjal.
v Lengkuas
;
biasa digunakan sebagai bumbu masak berbagai hidangan tradisonal daerah. Namun
Lengkuas juga dipercaya dapat mengobati asma, batuk, menurunkan demam,
menurunkan kolesterol, bahkan dapat mencegah kanker dan tumor.
v Temulawak
bahasa biologinya disebut sebagai Curcuma Xanthorrhiza roxb. Sejak dulu
Temulawak ini juga sudah dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kandungan
Curcumin dan zat-zat lainnya dalam Temulawak dapat meningkatkan fungsi dan
kinerja ginjal dan saluran pencernaan.
v Temuireng, berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan.
v Jintan
juga termasuk sebagai jenis Toga yang dimanfaatkan biji dari bunganya berfungsi
sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas, dapat menyehatkan organ hati,
mencegah diabetes dan menurunkan kolesterol.
v Kapulaga.
Rempah yang umumnya digunnakan sebagai bumbu masak untuk hidangan tradisional
India ini juga berkhasiat untuk mengatasi sariawan. Kandungan vitamin dan
minyak atsiri dalam Kapulaga bermanfaat bagi kesehatan kulit dan aroma khasnya
dapat digunakan sebagai aroma terapi untuk mengatasi masalah stress dan
depresi.
v Lidah
Buaya. Selain sebagai tanaman hias, ternyata Lidah Biaya juga banyak manfaatnya
lhooo untuk kesehatan dan kecantikan. Kaum hawa biasanya menggunakan Lidah
Buaya ini untuk masker wajah maupun masker rambut karena jel-nya dapat
menyuburkan dan menghitamkan rambut serta menjadikan kulit wajah halus dan
lembut. Selain itu, Lidah Buaya juga dapat dijadikan jus untuk mengatasi masalah
sembelit. Lidah Buaya bisa dijus bersama Daun Bayam (muda) untuk menyembuhkan
masalah lambung dan penyakit maag. Jus Lidah Buaya dan campuran Daun Bayam juga
mengandung kalsium yang baik untuk kesehatan tulang. Saya sering membuat ramuan
ini untuk suami yang sebelumnya mengalami masalah lambung. Dan hasilnya, saat
ini suami tidak lagi mengeluhkan masalah lambungnya.
v Daun Jambu Biji. Dapat mengobati masalah diare. Semasa kecil dulu, jika saya dan Kakak saya mengalami masalah diare, Emak selalu membuatkan rebusan Daun Jambu Biji untuk kami. Dan hasilnya manjur banget lhooo... Sekali minum, langsung sembuh. Hingga saat ini, meski saya sudah tinggal di Kota Perantauan, saya selalu menerapkan penggunaan ramuan-ramuan herbal sebagai alternatif pengobatan dan tingkatkan kesehatan keluarga.
Selain
beberapa jenis Toga (Tanaman Obat Keluarga) yang saya sebutkan di atas, tentu
masih banyak jenis Tanaman Obat Keluarga yang tersebar di seluruh wilayah
Nusantara. Khasiat dari Toga
bisa didapatkan dari batang, akar, daun ataupun bunga dan biji suatu tanaman.
Hal ini sangat penting untuk diketahui agar pengolahan dan
penggunaan Toga tepat sasaran dan berkhasiat baik untuk meningkatkan kesehatan
kita.
Alternatif
ini juga tentu sangat baik jika diterapkan khususnya bagi ribuan bahkan jutaan
masyarakat Indonesia yang masih tinggal di daerah-daerah pedalaman 3T
(Terpencil, Terdalam, dan Terluar) yang mengalami berbagai kesulitan untuk
mendapatkan akses ke fasilitas-fasilitas kesehatan.
Baik dikarenakan oleh masalah kemiskinan ataupun disebabkan
belum adanya fasilitas kesehatan di daerah tersebut.
Tidak
banyak daerah pedalaman yang beruntung seperti Asiki yang dijadikan KORINDO
Group sebagai distrik utama pusat bisnisnya di Provinsi Papua.
KORINDO Group sebagai perusahaan perintis dalam pelestarian
lingkungan juga banyak membantu masyarakat di daerah tersebut meningkatkan mata
pencaharian mereka melalui kegiatan CSR dan berusaha membangun lingkungan yang
mandiri seperti bantuan usaha di lingkungan perkebunan karet dan penyediaan pelatihan
di sektor peternakan unggas. KORINDO juga telah
membangun fasilitas kesehatan pertama di Asiki yaitu Klinik Asisi, melakukan
pemeriksaan dan pengobatan secara gratis (selengkapnya baca www.korindo.co.id
atau korindonews.com dan korindofoundation.com).
Sebagai
salah satu perusahaan besar di Asia, KORINDO Group yang menjunjung tinggi
praktik-praktik ramah lingkungan dalam berbagai kegiatannya, tentu sependapat
dengan gagasan penulis yang tertuang dalam artikel ini untuk mengedukasi
masyarakat pedalaman beralih pada penggunaan Tanaman Obat Keluarga untuk
menciptakan berbagai Ramuan Herbal sebagai alternatif pengobatan keluarga,
khususnya bagi kesehatan yang baik untuk sesama masyarakat yang masih tinggal di daerah-daerah pedalaman seperti
di daerah pedalaman Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Merauke, padalaman
Nias, Papua dan derah lainnya di pelosok negeri ini.
Selain
mengolah berbagai jenis Toga sebagai alternatif pengobatan, kebiasaan hidup
bersih juga tentu harus ditingkatkan di lingkungan setiap keluarga.
Dimulai dari kebiasaan membersihkan diri, pakaian, rumah dan
pekarangan. Kebiasaan setiap keluarga yang demikian tentu akan berpengaruh terhadap kebiasaan hidup bersih dan sehat
di lingkungan masyarakat secara menyeluruh dan terpadu.
Dengan
mengedukasi masyarakat untuk membudidayakan berbagai jenis Tanaman Obat
Keluarga di pekarangan rumahnya, membiasakan diri untuk menanam/mengubur setiap
sampah-sampah organik dari dapur keluarga untuk kemudian dijadikan pupuk kompos
organik untuk berbagai jenis tanaman, tentu akan menjadikan lingkungan bersih
dan udara menjadi lebih bersih dan sejuk dengan kadar oksigen yang tinggi.
Kita
semua harus benar-benar menyadari bahwa “mencegah lebih baik daripada
mengobati.” Ayooo setiap keluarga
Indonesia, kita kembali pada kearifan hidup Budaya Leluhur Bangsa kita.
Menyeduh rempah dan jamu dari bahan-bahan herbal alami niscaya akan menyehatkan masyarakat kita dari daerah pedalaman
hingga ke kota-kota besar.
Langkah-langkah
sekecil ini dapat bermanfaat positif bagi kesehatan hidup masyarakat dalam konsep
dan jangkauan yang lebih luas. Jika
kita semua sebagai masyarakkat Indonesia mengambil setiap peran kecil
sedemikian di setiap lingkungan keluarga dan masyarakat kita, tentu Indonesia
bisa hidup lebih sehat dan bugar. Sebab setiap hal
besar dimulai dari langkah-langkah kecil.
Demikian
tulisan ini saya akhiri dengan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh tim dan panitia pelaksana Blog
Competition KORINDO Group yang telah menyediakan ruang dan waktu untuk saya
berbagi ide dan gagasan demi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia baik di daerah Pedalaman maupun di daerah perkotaan.
**
Salam
hangat dari Kota di Tepian Sungai Mahhakam.
Salam hormat terkhusus kepada para Dewan Juri.
Penulis
adalah Ibu rumahtangga, alumnus Sarjana Pendidikan Geografi dari Universitas
Negeri Medan. Mantan Jurnalis yang
ingin terus menulis. Blogger Perempuan. Ibu-Ibu Doyan
Nulis. Saat ini sibuk belajar Baking Cake, senang
bertanam di pekarangan rumah dan sibuk manjadi Guru Calistung di Homeschooling
untuk kedua putraku yang masih Batita.
#KORINDOBlogCompetition2020
#KorindoBlogCompetition2020
#BloggerPerempuan
#IbuIbuDoyanNulisBlog
Komentar
Posting Komentar